Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
KaSatu.id - To The Point

KaSatu.id - To The Point

  • Business
  • _Strategy
  • _Economy
  • _Finance
  • _Retail
  • _Advertising
  • _Careers
  • _Media
  • _Real Estate
  • _Small Business
  • _The Better Work Project
  • _Personal Finance
  • Tech
  • _Science
  • _AI
  • _Enterprise
  • _Transportation
  • _Startups
  • _Innovation
  • Markets
  • _Stocks
  • _Indices
  • _Commodities
  • _Crypto
  • _Currencies
  • _ETFs
  • Lifestyle
  • _Entertainment
  • _Culture
  • _Travel
  • _Food
  • _Health
  • _Parenting
  • Politics
  • _Military & Defense
  • _Law
  • _Education
  • Reviews
  • _Tech
  • _Streaming
  • _Tickets
  • _Kitchen
  • _Style
  • _Beauty
  • _Gifts
  • _Deals
  • Video
  • _Big Business
  • _Food Wars
  • _So Expensive
  • _Still Standing
  • _Boot Camp
  • Home
  • News
  • Politik
  • Ekonomi
  • Artis
  • Trending
  • Tekno
  • Oto
  • Dunia
  • Gaya
  • Sehat
  • Bola
  • Olahraga
  • Foto
HEADLINE HARI INI
  • Beranda
  • Kuningan
  • News
  • Opini
  • Satire
  • Sosok

Buah Cinta Tuan Seribu Janji

Oleh Redaksi
Mei 20, 2025



Oleh: Mang Kaeling

Yang Datang Serba Hitam


Di sebuah negeri di kaki Gunung Ciremai, pagi hari dimulai bukan dengan doa, tapi dengan suara pengeras masjid bersaing dengan obrolan warung kopi. Negeri kecil dengan semangat besar dan rahasia yang lebih besar lagi.


Di negeri itu, setiap sudut desa punya cerita. Tapi tidak semua cerita mendapat tempat di koran. Beberapa terlalu panas untuk dicetak, terlalu getir untuk dibicarakan, dan terlalu mengguncang untuk disandingkan dengan slogan-slogan moral yang tergantung di perempatan jalan.


Salah satu kisahnya dimulai di atas panggung recehan yang dibangun dari kayu bekas dan niat seadanya. Seorang perempuan, luwes seperti asap sate malam hari, menjadi penghibur bagi mereka yang kehilangan arah tapi tidak kehilangan birahi.


Ia hidup dari suara yang serak dan tubuh yang lentur. Bukan karena cita-cita, tapi karena hidup memaksanya menjadi penghibur sebelum sempat menjadi manusia yang utuh. Di negeri ini, gelar akademik kalah dengan goyangan yang terekam dalam kamera buram.


Lalu datanglah Tuan Seribu Janji.


Sosok yang dielu-elukan saat musim kampanye, dan dilupakan oleh rakyat saat sudah duduk di kursi empuk dengan sandaran anggaran. Ia datang seperti angin malam yang dingin, sementara, dan membuat siapa pun berharap.


Dengan dasi rapi dan senyum yang dilatih di depan cermin partai, ia merapat. Menyapa bukan dengan salam, tapi dengan rayuan yang lebih politis dari pidatonya. Ia tahu, perempuan seperti ini tidak minta janji besar, cukup perhatian yang dipalsukan dengan konsisten.


Malam demi malam dilalui dalam bisu. Tidak ada saksi, tidak ada dokumentasi. Hanya ranjang murah dan cahaya redup yang menjadi tempat di mana moral publik dimatikan sejenak. Di situ, Tuan Seribu Janji tidak perlu bicara soal rakyat karena di hadapan tubuh perempuan itu, rakyat bukan lagi prioritas.


Lalu lahirlah sebuah “keberuntungan” yang ditandai dengan mual pagi dan dua garis merah yang tak diinginkan. Sebuah “tanda kasih” yang tidak masuk dalam rancangan pembangunan jangka menengah daerah.


Perempuan itu terdiam. Bukan karena malu, tapi karena negeri ini mengharuskan perempuan menyalahkan diri sendiri, bahkan ketika yang bersalah tak pernah hadir sejak awal.


Ia mencari. Ia menunggu. Ia mengetuk pintu-pintu yang dijaga ajudan, menelepon nomor yang kini sibuk sepanjang masa. Ia bahkan mendatangi rumah tempat Tuan Seribu Janji bangun pagi.


Namun yang ia dapat hanya sunyi. Sunyi yang pekat, dibungkus dengan retorika dan pencitraan. Tuan Seribu Janji telah kembali ke panggungnya bukan panggung musik malam, tapi panggung politik siang hari. Ia tampil di acara peresmian sumur bor, memegang cangkul, menyebut kata "rakyat" seperti mantra yang sudah kehilangan makna.


Sementara itu, rahim perempuan itu terus menua bersama waktu. Ia menanggung beban dua jiwa, tapi satu jiwa memilih bersembunyi di balik nama besar dan fasilitas negara.


Anak itu tak akan lahir dalam kemewahan. Ia tidak akan disambut karangan bunga. Tapi ia akan tumbuh bersama cerita tentang seorang laki-laki yang pandai berkata-kata di atas podium, tapi bisu di hadapan tanggung jawab.


Dan di kaki Gunung Ciremai, cerita itu akan terus hidup. Tak tercetak, tapi tersimpan. Tak viral, tapi dikenang. Karena bahkan gunung pun bisa marah jika terlalu banyak janji yang diucapkan tanpa ditepati.


Tuan Seribu Janji mungkin lupa. Tapi rahim rakyat tidak. Ia menyimpan luka seperti tanah menyimpan jejak diam, tapi dalam.


Dan ketika suatu hari anak itu berdiri di depan baliho besar, menatap wajah tersenyum palsu yang tak pernah hadir di sisinya, mungkin ia akan bertanya dalam hati, adakah tempat di dunia ini bagi anak yang dilahirkan oleh cinta palsu dan ditinggalkan oleh kehormatan palsu?


Di negeri ini, tidak semua anak yatim kehilangan ayah karena kematian. Beberapa kehilangan karena pengecut berseragam citra.

Tags:
  • Kuningan
  • News
  • Opini
  • Satire
  • Sosok
Bagikan:
Baca juga
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
Berita terkait
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
Berita terbaru
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
Tampilkan lebih banyak
Posting Komentar
Batal
Most popular
  • Korupsi di UPK Cibingbin Terbongkar, Nama Anggota DPRD dan ASN Ikut Disebut

    Juni 13, 2025
    Korupsi di UPK Cibingbin Terbongkar, Nama Anggota DPRD dan ASN Ikut Disebut
  • 9 Tokoh Kelahiran Kuningan yang Nama-nya Sudah Tidak Asing Lagi di Kancah Nasional

    April 26, 2025
    9 Tokoh Kelahiran Kuningan yang Nama-nya Sudah Tidak Asing Lagi di Kancah Nasional
  • Ribuan Rumah Subsidi di Kuningan Diduga Bermasalah, Rakyat dan Negara Dirugikan

    Mei 05, 2025
    Ribuan Rumah Subsidi di Kuningan Diduga Bermasalah, Rakyat dan Negara Dirugikan
  • Misteri Jalan Ciharendong: Kisah Mistis dan Kejadian Aneh yang Menghantui Pengendara

    April 27, 2025
    Misteri Jalan Ciharendong: Kisah Mistis dan Kejadian Aneh yang Menghantui Pengendara
  • Dana Desa Dialihkan Tanpa Musyawarah, Kepala Desa Diduga Langgar Aturan

    Mei 28, 2025
    Dana Desa Dialihkan Tanpa Musyawarah, Kepala Desa Diduga Langgar Aturan
Gila Temax
REDAKSI
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Kode Etik
  • Kebijakan Privasi
Copyright © 2025 KASATU.ID from PT. SADAYA MEDIA UTAMA. All rights reserved.