Notification

×

Iklan

Iklan

Tangisan Burung Hantu Putih di Atas Gedung DPRD Kuningan: Alarm yang Tak Pernah Diparipurnakan

Senin, 26 Mei 2025 | Mei 26, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-05-31T14:40:53Z


Oleh: Mang Kaeling

Yang Datang Serba Hitam


Senin malam, 26 Mei 2025. Langit Kuningan belum benar-benar gelap ketika suara azan Magrib perlahan menghilang dari pengeras suara masjid terdekat. Suasana di sekitar Gedung DPRD tampak tenang, nyaris tanpa aktivitas berarti.


Tak ada hiruk-pikuk kendaraan, tak ada barisan tamu kehormatan, tak juga terlihat siluet para penjaga berseragam di halaman gedung. Malam tampak seperti sedang mengambil napas panjang.


Di antara keheningan itu, suara asing menyelinap dari balik pepohonan tua. Suara lirih namun panjang. Sendu tapi tajam. Seekor burung hantu putih melantunkan jeritan khasnya dengan nada yang bagi telinga biasa mungkin terdengar biasa saja, namun bagi yang peka, terasa menggugah dan menggetarkan.


Tidak semua orang memperhatikan. Namun bagi warga yang tinggal di sekitar gedung, suara itu bukan hal yang baru. Bahkan, bukan pula hal yang dianggap remeh. Burung hantu putih, dalam kearifan lokal yang masih hidup di antara generasi tua dan muda, diyakini sebagai pembawa pesan dari alam.


Bukan pertanda buruk dalam arti sempit, melainkan peringatan yang datang secara halus, tanpa suara manusia, tanpa kata-kata.


Yang menarik, suara burung ini hampir selalu terdengar pada malam Selasa dan Jumat. Suatu kebetulan yang terlalu konsisten untuk dianggap tanpa makna. Entah kebetulan alamiah atau bagian dari semacam keselarasan semesta yang sulit dijelaskan dengan logika biasa.


Masyarakat menyebutnya “si Putih”. Bukan karena warnanya saja, tapi karena aura kehadirannya yang berbeda. Ia datang tanpa sorotan lampu, tanpa tepuk tangan, tanpa aba-aba. Tapi kehadirannya terasa lebih dari sekadar seekor burung, ia hadir seperti entitas yang mengamati, mencatat, dan menyampaikan.


Gedung DPRD yang biasanya ramai saat siang hari, berubah menjadi bangunan sunyi saat malam datang. Dinding-dindingnya yang kokoh seperti menyimpan banyak cerita. Dan di atasnya, burung hantu putih berdiri diam, seperti penjaga yang ditugaskan bukan oleh manusia, melainkan oleh semesta.


Tak sedikit yang percaya bahwa suara burung ini adalah peringatan, pertanda bahwa ada sesuatu yang tak seimbang di sekitar pusat kekuasaan. Namun, penting untuk diingat bahwa suara ini tidak menunjuk siapa yang salah, siapa yang benar. Tidak menghakimi, tidak menyudutkan. Ia hanya datang sebagai isyarat. Sebagai pengingat.


Kearifan lama mengajarkan kita bahwa tidak semua pesan datang melalui bahasa manusia. Kadang, suara malam yang samar justru membawa pesan yang lebih dalam. Alam punya bahasanya sendiri yang hanya bisa dimengerti oleh mereka yang bersedia mendengar dengan hati.


Warung kopi kecil di samping gedung menjadi saksi diam kehadiran si Putih malam itu. Obrolan para pelanggan yang biasanya penuh canda dan politik santai mendadak mereda. Tidak ada yang memerintahkan untuk diam, tapi semua paham bahwa suara malam ini lebih penting dari apapun yang sedang dibicarakan.


Burung hantu putih pun pergi, seperti biasa, tanpa pamit. Suaranya yang tinggal menjadi gema di langit malam. Tapi setiap kali ia muncul, ada sesuatu yang tertinggal yaknj sebuah perasaan bahwa ada hal yang perlu direnungkan, sesuatu yang mungkin luput dari perhatian kita sehari-hari.


Apakah ia benar-benar pertanda? Ataukah hanya bagian dari pola alam yang kebetulan bertepatan dengan keresahan batin kolektif kita? Tak ada jawaban pasti. Tapi mungkin itu bukan pertanyaannya. Mungkin yang lebih penting adalah mengapa suara itu membuat kita berhenti sejenak, merenung, dan mendengarkan?


Dalam dunia yang semakin bising oleh suara-suara buatan, mungkin alam sedang mengingatkan kita untuk kembali pada keheningan. Pada sinyal-sinyal yang lembut tapi dalam. Pada pertanda-pertanda yang tak bisa dijelaskan oleh analisis data, tapi bisa dirasakan oleh intuisi.


Burung hantu putih tidak hadir setiap malam. Ia memilih waktunya. Dan setiap kali ia datang, ia membawa satu pesan yang tak tertulis bahwa sesuatu sedang terjadi, atau akan terjadi. Bahwa malam, meskipun sunyi, tidak pernah benar-benar kosong.

×
Berita Terbaru Update