Notification

×

Iklan

Iklan

Niat Baik Bupati Dian Tercoreng! Insentif Imam Tadjug Diduga Dipotong Oknum

Jumat, 11 Juli 2025 | Juli 11, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-07-14T02:12:56Z

KUNINGAN, KASATU.ID - Sebuah kenyataan yang sungguh mencederai nurani kini terungkap dari balik program insentif Rp1 miliar yang diluncurkan oleh Pemerintah Kabupaten Kuningan. Niat mulia Bupati Dr H Dian Rachmat Yanuar untuk mengangkat harkat para Imam Tadjug dan Guru Ngaji melalui insentif sebesar Rp1 juta per orang, justru dilumuri praktik kotor oleh oknum pengurus internal Komunitas Imam Tadjug (KOMIT) itu sendiri. Bukan pujian dan doa yang tersisa, melainkan luka dan kekecewaan yang mendalam.

Sejumlah Imam Tadjug yang menerima insentif mengaku, mereka awalnya menerima dana secara utuh, namun tak lama setelah pencairan, muncul permintaan pengembalian sebagian uang. Permintaan itu datang langsung dari pengurus KOMIT di tingkat bawah, disampaikan secara lisan, tanpa surat resmi, tanpa penjelasan yang masuk akal. Nilainya bervariasi, dari Rp50 ribu hingga Rp200 ribu. Tidak ada transparansi. Tidak ada kejelasan. Yang ada hanya tekanan moral yang membungkam mereka dalam diam.

“Uangnya kami terima utuh, tapi kami disuruh setor lagi. Tidak tahu untuk apa, yang minta juga pengurus kami sendiri,” ujar salah satu Imam Tadjug yang meminta dirahasiakan identitasnya, Jum'at (11/7/2025).

“Kami merasa tidak enak kalau menolak, tapi dalam hati bertanya, ini maksudnya apa?” imbuhnya.

Praktik seperti ini tak hanya melukai perasaan para Imam Tadjug. Ia menggores luka dalam pada wajah agama itu sendiri. Bagaimana mungkin program yang dilahirkan dari niat baik dan ketulusan justru dijadikan ruang gelap oleh segelintir pihak untuk mengambil keuntungan pribadi? Mereka bukan dari luar sistem. Mereka adalah bagian dari struktur komunitas keagamaan. Mereka bergerak dengan membawa nama organisasi, tapi diam-diam mengikis nilai-nilai yang mereka sendiri khotbahkan di atas mimbar.

Yang lebih menyakitkan, peristiwa ini menodai perhatian tulus pemerintah daerah, khususnya Bupati Kuningan, yang sejak awal digerakkan oleh komitmen kuat untuk membangun Kuningan yang agamis dan memuliakan para penjaga masjid. Program ini adalah salah satu simbol kepedulian paling konkret dari kepala daerah terhadap kehidupan spiritual rakyatnya. Namun kini, semuanya tercoreng hanya karena ulah segelintir orang yang tak tahu malu memanfaatkan program agama demi kepentingan pribadi.

Bupati bisa saja tidak tahu menahu soal praktik di lapangan. Tapi publik tidak bisa lagi menutup mata. Ketika niat baik seorang pemimpin dilukai oleh bawahannya sendiri, maka ini bukan hanya soal kegagalan kontrol, tapi pengkhianatan terhadap amanah. Ketulusan berubah menjadi noda. Kepercayaan berubah menjadi tanda tanya.

Redaksi KASATU.ID telah mencoba mengonfirmasi hal ini kepada Ketua KOMIT Kuningan, Sayyid Sabiq, melalui pesan WhatsApp. Namun hingga berita ini ditayangkan, tidak ada jawaban yang diberikan. Diam yang panjang di tengah tudingan serius ini hanya menambah kecurigaan. Benarkah pengurus pusat mengetahui dan membiarkan hal ini terjadi? Ataukah sedang menyiapkan pembenaran?

Mereka yang selama ini memanggil umat ke surau, membacakan ayat-ayat suci, menyemai nilai kebaikan di tengah masyarakat, kini justru menjadi korban sistem yang gelap. Bukan karena mereka tak paham, tapi karena mereka dihimpit oleh kultur “tidak enak”, oleh dominasi pengurus, oleh sistem yang tidak berpihak pada yang lemah.

Program insentif ini semestinya menjadi cahaya, bukan bayang-bayang. Ia seharusnya menjadi pelipur lara bagi mereka yang setia melayani umat tanpa pamrih. Tapi kini, cahaya itu redup. Dan jika pemerintah tidak segera turun tangan membersihkan noda ini, maka bukan hanya program ini yang gagal, tapi kepercayaan umat yang akan runtuh perlahan.

.RED
×
Berita Terbaru Update