Dalam situasi daerah yang semakin darurat, ketika rakyat dicekik oleh kebijakan timpang, anggaran digerogoti oleh kepentingan elit, dan suara-suara kritis dibungkam yang menyakitkan justru bukan hanya perilaku kekuasaan, tapi DIAMNYA MAHASISWA SENDIRI, khususnya Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) yang seharusnya menjadi barisan paling depan dalam melawan ketidakadilan.
Apa yang terjadi hari ini adalah pengkhianatan terang-terangan terhadap idealisme mahasiswa. Banyak BEM kampus di Kuningan justru sibuk memoles citra, mendekat ke kekuasaan, dan menjadi alat stempel kebijakan pemerintah daerah. Ketika rakyat menjerit, mereka selfie dengan pejabat. Ketika desa-desa dibiarkan rusak, mereka rapat soal lomba. Ketika anggaran dicuri, mereka diam seribu bahasa. Ini bukan hanya memalukan tapi menjijikkan!
Sebagai mahasiswa, saya menyatakan:
- BEM yang tidak kritis adalah BEM yang mati!
- Lembaga mahasiswa yang takut bersuara adalah bagian dari sistem penindasan!
- Diam di tengah krisis adalah bentuk kolaborasi dengan tirani!
Saya, Roy Aldilah, mahasiswa dari Kuningan, menyampaikan ini bukan sebagai bentuk kebencian, tetapi sebagai tamparan keras agar mahasiswa sadar, bangkit, dan kembali ke jalan perjuangan. Jangan biarkan sejarah mencatat generasi ini sebagai generasi yang kalah sebelum bertempur.
Kalau kalian tak sanggup jadi pelopor perubahan, lebih baik lepaskan saja jaket almamater kalian! Jangan nodai gerakan mahasiswa dengan kepengecutan.
Orang boleh sekolah tinggi, pakai dasi, bicara soal moral di depan umum. Tapi itu semua percuma kalau ia masih menolak kebenaran hanya karena kebenaran itu tak menguntungkan dirinya. Itulah kebodohan paling mahal-menutup mata pada kenyataan demi menjaga kenyamanan diri sendiri.
Kita sebagai mahasiswa sudah lama hidup di negeri yang begitu. Kebenaran datang di depan mata: harga pangan tak terjangkau, pendidikan mahal, keadilan cuma jargon. Tapi sebagian mahasiswa pura-pura tuli. Mereka lebih memilih percaya pada dongeng yang dibacakan di televisi, lebih senang dengan ilusialitas ketimbang kebenaran yang pahit. Padahal kebenaran yang kau tolak hari ini, akan menjerat lehermu sendiri esok hari.
Ditulis oleh: Roy Aldilah, Mahasiswa Kuningan