Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
KaSatu.id - To The Point

KaSatu.id - To The Point

  • Business
  • _Strategy
  • _Economy
  • _Finance
  • _Retail
  • _Advertising
  • _Careers
  • _Media
  • _Real Estate
  • _Small Business
  • _The Better Work Project
  • _Personal Finance
  • Tech
  • _Science
  • _AI
  • _Enterprise
  • _Transportation
  • _Startups
  • _Innovation
  • Markets
  • _Stocks
  • _Indices
  • _Commodities
  • _Crypto
  • _Currencies
  • _ETFs
  • Lifestyle
  • _Entertainment
  • _Culture
  • _Travel
  • _Food
  • _Health
  • _Parenting
  • Politics
  • _Military & Defense
  • _Law
  • _Education
  • Reviews
  • _Tech
  • _Streaming
  • _Tickets
  • _Kitchen
  • _Style
  • _Beauty
  • _Gifts
  • _Deals
  • Video
  • _Big Business
  • _Food Wars
  • _So Expensive
  • _Still Standing
  • _Boot Camp
  • Home
  • News
  • Politik
  • Ekonomi
  • Artis
  • Trending
  • Tekno
  • Oto
  • Dunia
  • Gaya
  • Sehat
  • Bola
  • Olahraga
  • Foto
HEADLINE HARI INI
  • Beranda
  • Editorial
  • Filsafat
  • Moral Bangsa
  • Nasionalisme
  • Nilai Luhur
  • Opini
  • Pancasila

Dimana Kalian Simpan Pancasila?

Oleh Redaksi
Agustus 13, 2025


Sejak kita mengenal kata “upacara”, Pancasila sudah bersemayam di lidah kita. Setiap Senin, kita melafalkannya di bawah tiang bendera, seolah sedang membuka pintu gerbang nilai-nilai luhur bangsa. Namun, seperti mantra yang diulang-ulang tanpa makna, ia sering kali hanya singgah di bibir, tanpa sempat mengendap ke hati.


Menghafal Pancasila bukanlah perkara sulit. Anak-anak kecil pun mampu mengucapkannya dengan lancar. Yang sulit adalah membiarkannya mengalir dalam darah, memengaruhi denyut nadi, dan mengarahkan gerak langkah. Karena di titik itu, kita harus berhadapan dengan kenyataan bahwa Pancasila bukan sekadar kata-kata indah, ia adalah tuntutan yang tak bisa dinegosiasi.


Mereka yang memeluk Pancasila dengan hati, tidak akan mudah tergoda oleh janji palsu kekuasaan. Mereka akan menolak membenarkan yang salah, walau dunia mendesaknya untuk diam. Sebaliknya, mereka yang hanya menyimpannya di bibir akan menjualnya dengan murah, bahkan mungkin menukarnya dengan tawa di meja makan para penguasa.


Hati yang menampung Pancasila tidak mengenal ruang untuk kebencian buta. Ia menerima perbedaan sebagai bagian dari keindahan kosmos. Sementara hati yang kosong akan menjadikan Pancasila sebatas lencana untuk dipamerkan di momen-momen tertentu.


Pertanyaannya, di manakah kalian simpan Pancasila? Di hati yang bernyala, atau di hati yang sudah padam?


Figura Berdebu, Makam Nilai yang Pernah Hidup


Di banyak ruangan sekolah dan kantor pemerintahan, Pancasila berdiri dalam bingkai huruf-hurufnya emas, tapi maknanya beku. Debu menutupinya pelan-pelan, seperti tanah yang menimbun makam. Ia hadir, namun tak lagi hidup.


Figura itu tak pernah memprotes saat kalian melanggar nilai kemanusiaan. Ia tak mampu berteriak ketika kalian menukar keadilan dengan kesepakatan meja belakang. Ia hanya diam, menyaksikan segala pengkhianatan yang kalian bungkus dengan kata “demi kepentingan bersama”.


Pancasila di figura adalah cermin. Ia memantulkan ironi bahwa bangsa ini lebih piawai merawat simbol daripada menghidupkan isi. Kita mengira sudah nasionalis hanya karena simbol itu terpajang. Kita lupa bahwa simbol hanyalah pintu, bukan rumah.


Dan pintu yang tak pernah dibuka, akan lapuk. Ia akan menjadi monumen bisu dari janji-janji yang dikhianati. Begitu pula Pancasila di figura, ia menjadi bukti sejarah bahwa kita pernah memiliki pedoman, tapi memilih membiarkannya mati.


Jika Pancasila kalian letakkan di sana, jangan heran jika ia tak lagi hadir saat kalian membutuhkannya. Sebab kalian sendiri yang mengurungnya di bingkai, lalu membiarkannya terkubur di bawah debu sejarah.


Pancasila di Hati, Menjadi Manusia Seutuhnya


Memasukkan Pancasila ke dalam hati berarti membiarkan nilai-nilainya membentuk watak kita. Ia menjadi cahaya yang menerangi jalan di tengah gelapnya godaan. Cahaya ini bukan milik mereka yang hanya berani di ruang aman, tapi milik mereka yang tegak meski sendirian.


Hati yang ditempa oleh Pancasila akan menolak untuk menindas, bahkan ketika kesempatan itu menguntungkan. Ia akan memilih berdiri di samping yang lemah, meski konsekuensinya pahit. Karena Pancasila di hati adalah komitmen yang tidak berubah meski badai datang.


Pancasila di hati tidak lahir dari seremoni atau pidato. Ia lahir dari pergulatan batin, dari kesediaan untuk kalah demi yang benar, dari keberanian untuk kehilangan demi menjaga martabat.


Namun, jalan ini jarang dipilih. Sebab menaruh Pancasila di hati berarti memanggul beban yang berat. Banyak yang lebih memilih menaruhnya di dinding, karena dinding tak pernah menuntut pengorbanan.


Tetapi tanpa hati yang memelihara Pancasila, kita hanya akan menjadi penghafal yang pandai bicara, namun lumpuh saat diminta berbuat.


Pikiran dan Perbuatan, Nafas yang Menghidupkan Nilai Pancasila


Pancasila di pikiran adalah benteng logika yang mencegah kita mengambil keputusan zalim. Setiap kebijakan yang lahir dari pikiran yang dipandu Pancasila akan menolak ketidakadilan, diskriminasi, dan keserakahan.


Namun pikiran saja tak cukup. Ia harus menjelma menjadi perbuatan. Karena nilai yang hanya berhenti di pikiran ibarat benih yang tak pernah ditanam. Tidak peduli seberapa baik benih itu, ia tak akan pernah berbuah.


Perbuatan yang diwarnai Pancasila adalah yang berpihak pada kebenaran, meski berisiko dijauhi. Ia tercermin dari kesetiaan pada amanah, dari keberanian untuk menolak suap, dari keengganan untuk merampas hak orang lain meski ada peluang besar.


Jika Pancasila tidak hadir di tindakan kita, maka ia hanya menjadi ide cantik yang dipamerkan di saat-saat tertentu. Ia akan tetap mati di ruang seminar, atau beku di lembar teks pidato pejabat.


Pancasila hanya hidup ketika ia menjadi nafas dalam setiap langkah kita. Selama itu belum terjadi, ia hanyalah hiasan indah di kepala, tapi tak pernah sampai ke kaki yang berjalan.


Dimana Kalian Simpan Pancasila?


Kalian hafal Pancasila? Bagus. Tapi di mana kalian simpan? Di hati, di pikiran, di perbuatan, atau hanya di figura berdebu di dinding kelas SD kalian dulu?


Kalian berkata “Ketuhanan Yang Maha Esa”, tapi tak gentar merampas hak orang lain.

Kalian mengucap “Kemanusiaan yang Adil dan Beradab”, tapi membiarkan kebencian beranak-pinak.

Kalian bangga dengan “Persatuan Indonesia”, tapi memecah belah demi kursi kekuasaan.

Kalian menjunjung “Kerakyatan”, tapi menutup telinga dari jerit rakyat.

Kalian janji “Keadilan”, tapi hanya untuk yang bisa membayar.


Pancasila bukan pajangan. Ia bukan upacara Senin pagi. Ia bukan teks hafalan untuk nilai sekolah. Ia adalah kompas moral, dan kompas itu tak berguna jika kalian simpan di laci.


Kalau kalian hanya memajangnya di dinding, maka ia hanyalah hiasan. Kalau kalian hanya menghafalnya di kepala, ia hanyalah bunyi. Kalau kalian hanya membicarakannya di podium, ia hanyalah sandiwara.


Bangsa ini tak akan runtuh karena serangan musuh. Bangsa ini akan runtuh karena kalian mengkhianati Pancasila, sambil mengaku menjaganya.


Maka saya bertanya sekali lagi, dan kali ini jangan jawab dengan kebohongan:

Dimana kalian simpan Pancasila?


Ditulis oleh: Imam Royani

Bila jawabannya hanya di bibir, maka biarlah sejarah yang mengubur kita bersama debu di figura itu.


Tags:
  • Editorial
  • Filsafat
  • Moral Bangsa
  • Nasionalisme
  • Nilai Luhur
  • Opini
  • Pancasila
Bagikan:
Baca juga
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
Berita terkait
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
Berita terbaru
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
Tampilkan lebih banyak
Posting Komentar
Batal
Most popular
  • Bupati Kuningan Menunjuk Wahyu Hidayah Sebagai Pj Sekda, Uha: Keputusan Tepat Mendorong Perubahan

    Agustus 20, 2025
    Bupati Kuningan Menunjuk Wahyu Hidayah Sebagai Pj Sekda, Uha: Keputusan Tepat Mendorong Perubahan
  • Breaking News! Jadwal Pengadaan PPPK & ASN Resmi Diperpanjang, Cek Detailnya Sekarang!

    Agustus 21, 2025
    Breaking News! Jadwal Pengadaan PPPK & ASN Resmi Diperpanjang, Cek Detailnya Sekarang!
  • Gempa Dahsyat Guncang Bekasi, Getarannya Sampai Jakarta dan Bandung! Ini Penjelasan Lengkap BMKG

    Agustus 20, 2025
    Gempa Dahsyat Guncang Bekasi, Getarannya Sampai Jakarta dan Bandung! Ini Penjelasan Lengkap BMKG
  • Editorial: OB Sekda Kuningan 2025, Sudah Ada Calon Pemenang?

    Agustus 17, 2025
    Editorial: OB Sekda Kuningan 2025, Sudah Ada Calon Pemenang?
  • Kramatmulya Darurat Narkoba? Surat Kaleng Jadi Alarm Keras untuk Aparat

    Agustus 20, 2025
    Kramatmulya Darurat Narkoba? Surat Kaleng Jadi Alarm Keras untuk Aparat
Gila Temax
REDAKSI
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Kode Etik
  • Kebijakan Privasi
Copyright © 2025 KASATU.ID from PT. SADAYA MEDIA UTAMA. All rights reserved.