Notification

×

Iklan

Iklan

Jejak Longsor di Dekat Arunika: Kebetulan yang Berulang?

Kamis, 15 Mei 2025 | Mei 15, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-05-31T14:41:12Z


KuninganSatu.com,- Hujan deras yang mengguyur wilayah Kabupaten Kuningan pada Rabu (14/5/2025) siang kembali memicu bencana alam di kawasan wisata Lembah Cilengkerang. Kejadian longsor yang terjadi sekitar pukul 13.00 WIB ini menyebabkan akses jalan utama menuju Obyek Daya Tarik Wisata Alam (ODTWA) tersebut sempat terputus akibat tertimbun material longsoran berupa tanah dan batu.


Kepala Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) 1 Kuningan, Hayunita, membenarkan kejadian tersebut. Ia menyebutkan bahwa longsor terjadi di area lembah yang cukup rawan ketika curah hujan turun dengan intensitas tinggi dan durasi lama. Tim dari SPTN bersama sejumlah instansi terkait langsung turun ke lapangan tak lama setelah kejadian untuk mengecek kondisi dan memastikan langkah penanganan awal.


Menurut Hayunita, meskipun tidak ada korban jiwa, satu orang pengunjung sempat berada cukup dekat dari lokasi longsor saat kejadian terjadi. Beruntung, ia segera dievakuasi dan tidak mengalami luka. 


“Sebenarnya dia tidak terlalu dekat dengan titik longsor, tapi kami langsung imbau untuk menjauh dan kami evakuasi demi keselamatan,” ujarnya kepada kuningansatu.com, Kamis (15/5/2025).


Dalam kondisi darurat tersebut, pihak terkait segera membangun jembatan sementara agar akses menuju lokasi wisata dan pergerakan logistik tetap bisa dilakukan. Langkah cepat ini dinilai penting untuk mengantisipasi terputusnya jalur distribusi maupun kebutuhan masyarakat sekitar.


Hayunita menjelaskan bahwa upaya penanganan tidak berhenti pada pembangunan fisik semata. Saat ini, pihaknya tengah melakukan konsolidasi dengan mitra dan instansi lain untuk menyusun rencana pemulihan jangka panjang. Salah satu langkah yang akan diambil adalah penanaman kembali vegetasi di area terdampak sebagai bentuk reboisasi untuk menekan risiko longsor susulan.




Selain kerusakan fisik dan akses jalan, warga di sekitar lokasi juga mulai mengeluhkan kondisi air yang menjadi keruh dan kotor setelah kejadian. Hayunita membenarkan bahwa material longsoran yang terbawa arus turut mencemari aliran air di beberapa titik. Ia menyebut hal tersebut sebagai dampak alamiah dari peristiwa longsor dan menjanjikan akan segera melakukan koordinasi lintas sektor untuk penanganan lanjutan.


Di tengah penanganan darurat, muncul pula isu di media sosial yang menyebut bahwa longsor kemungkinan berkaitan dengan bangunan Arunika yang berdiri tidak jauh dari kawasan. Saat dimintai tanggapan, Hayunita belum dapat memastikan keterkaitan antara bangunan tersebut dengan longsor. Ia menegaskan bahwa tim masih fokus pada penanganan lokasi utama dan belum melakukan penyelidikan teknis terhadap dugaan tersebut.


Peristiwa ini diketahui bukan yang pertama kali terjadi. Warga mengingat bahwa longsor serupa pernah terjadi tahun lalu, tepatnya saat bulan puasa. Meski begitu, Hayunita yang baru menjabat belum dapat menjelaskan secara rinci mengenai kejadian sebelumnya. 


“Kalau yang lalu memang mungkin ada, tapi saya belum tahu kronologinya. Saya baru,” ujarnya singkat.


Ia pun menutup keterangannya dengan mengajak semua pihak untuk bersama-sama menjaga lingkungan dan meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi bencana. 


Hayunita juga berharap masyarakat bisa memahami kondisi dan turut membantu dalam upaya pemulihan.


“Ini bukan hanya soal pekerjaan pemerintah, tapi juga butuh kesadaran kita bersama. Kami akan terus berupaya semaksimal mungkin,” katanya.


(red)

×
Berita Terbaru Update