Jakarta, KuninganSatu.com - Warung kopi, atau yang akrab disebut warkop, masih jadi tempat favorit banyak orang untuk nongkrong. Suasananya santai, menunya sederhana dengan kopi hitam, mi instan, gorengan, sampai camilan ringan dan yang paling penting adalah harganya ramah di kantong. Tapi di balik kepulan asap kopi dan obrolan santai di sudut-sudut warkop Jakarta, tersimpan cerita menarik dari para perantau asal Kuningan, Jawa Barat.
Siapa sangka, banyak warkop di Jakarta, terutama di kawasan Tegal Parang, Jakarta Selatan, ternyata dikelola oleh orang-orang Kuningan? Farhan, salah satu penjaga warkop di sana, membenarkan hal ini. Katanya, hampir semua warkop di daerah itu punya benang merah yang sama yakni baik pemilik maupun pengelolanya berasal dari kampung halaman yang sama.
Bahkan, tren ini nggak cuma di Jakarta. Beberapa dari mereka juga sempat merantau ke Yogyakarta sebelum akhirnya mencoba peruntungan di ibu kota. Seperti Farhan, yang pernah bekerja di warkop Jogja selama setahun, lalu diajak bosnya sesama orang Kuningan untuk ikut merintis usaha di Jakarta.
Cerita seperti ini bukan hal asing di kalangan mereka. Banyak yang memulai dari membantu saudara atau teman, belajar langsung dari lapangan, lalu perlahan-lahan membangun usaha sendiri. Dul, salah satu pengelola warkop lainnya, bercerita kalau ia pertama kali ikut kakaknya dulu.
"Awalnya kerja dulu sama orang. Nanti kalau udah tahu caranya, baru buka sendiri," ujar Dul dengan senyum, Kamis (5/6/2025).
Kini, Dul sudah punya tiga cabang warkop sendiri di Jakarta Selatan. Dari hanya ikut-ikutan, sekarang dia bisa mempekerjakan orang lain dan meneruskan tongkat estafet itu ke perantau berikutnya.
Yang menarik, di balik kesibukan mereka, para pengusaha warkop asal Kuningan ini juga saling terhubung lewat komunitas online. Mereka saling berbagi info, tempat usaha, hingga tips bertahan di tengah persaingan. Meski belum terorganisasi secara resmi, semangat kebersamaan mereka terasa kuat.
Dari cangkir-cangkir kopi yang disajikan tiap hari, ada semangat gigih anak-anak rantau yang terus bertumbuh. Warkop bukan sekadar tempat ngopi, ia jadi ruang hidup, tempat berjuang, dan bukti nyata bahwa solidaritas bisa menjadi kunci keberhasilan.
(red)