JAKARTA, KASATU.ID - Sepanjang tahun ini, kasus gagal bayar (galbay) pinjaman online (pinjol) semakin banyak mencuat. Namun, menurut survei terbaru dari Jakpat, masalah ini bukan disebabkan oleh pengguna baru, melainkan berasal dari pengguna lama yang mulai kesulitan mengatur keuangan di tengah tekanan ekonomi.
Fenomena ini bahkan memunculkan grup komunitas galbay di media sosial yang saling berbagi tips menghindari tagihan.
Aska menekankan, tren gagal bayar ini bukan karena pengguna baru, melainkan pengguna lama yang mulai tertekan. Ia menyarankan perlunya edukasi lebih luas mengenai opsi restrukturisasi utang bagi mereka yang kesulitan membayar.
“Solusi utamanya bukan sekadar penagihan, tapi edukasi soal opsi negosiasi dan restrukturisasi utang agar tidak makin memburuk,” tutupnya.
Head of Research Jakpat, Aska Primardi, menyatakan bahwa jumlah pengguna fintech secara umum stabil, meskipun ada sedikit naik-turun. Yang berubah, menurutnya, adalah pola penggunaan:
“Jumlah penggunanya mungkin tetap, tapi frekuensi pemakaian atau jumlah pinjaman mereka bisa jadi meningkat,” jelas Aska.
Soal maraknya gagal bayar di awal 2025, Aska menilai itu sebagai dampak langsung dari situasi ekonomi yang berat.
“Harga kebutuhan pokok naik, tapi penghasilan tidak ikut naik. Ini memicu banyak pengguna lama yang akhirnya tidak sanggup membayar,” ujarnya.
Survei Jakpat melibatkan 2.041 responden dari berbagai generasi: Gen Z (39%), Milenial (42%), dan Gen X (19%). Penelitian ini fokus pada perilaku pengguna berbagai layanan fintech di semester pertama 2025 mulai dari e-wallet, bank digital, paylater (BNPL), hingga pinjol dan P2P lending.
Dari hasil survei, mayoritas responden memakai e-wallet (95%), disusul oleh paylater (29%), dan pinjol berbentuk uang tunai (9%). Untuk layanan perbankan, 45% menggunakan mobile/internet banking, dan 45% lainnya memakai bank digital.
Pada layanan paylater, pengguna tercatat turun tipis dari 31% (2024) menjadi 29% (2025). Meski begitu, penggunaan paylater dalam aplikasi e-wallet justru naik dari 12% ke 14%.
Alasan utama orang memakai paylater adalah karena prosesnya mudah dan cepat (60%). Sebagian besar menggunakannya untuk kebutuhan mendesak, membayar utang (32%), dan kebutuhan sehari-hari (30%). Pria cenderung menggunakan paylater untuk modal usaha, sementara Gen Z lebih sering memakainya untuk hiburan.
Untuk pinjol, tren pengguna relatif stagnan, dari 8% ke 9% dalam setahun terakhir. Tiga alasan utama penggunaan pinjol tetap sama: kebutuhan darurat (60%), utang (39%), dan kebutuhan harian (38%).
.RED