Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
KaSatu.id - To The Point

KaSatu.id - To The Point

  • Business
  • _Strategy
  • _Economy
  • _Finance
  • _Retail
  • _Advertising
  • _Careers
  • _Media
  • _Real Estate
  • _Small Business
  • _The Better Work Project
  • _Personal Finance
  • Tech
  • _Science
  • _AI
  • _Enterprise
  • _Transportation
  • _Startups
  • _Innovation
  • Markets
  • _Stocks
  • _Indices
  • _Commodities
  • _Crypto
  • _Currencies
  • _ETFs
  • Lifestyle
  • _Entertainment
  • _Culture
  • _Travel
  • _Food
  • _Health
  • _Parenting
  • Politics
  • _Military & Defense
  • _Law
  • _Education
  • Reviews
  • _Tech
  • _Streaming
  • _Tickets
  • _Kitchen
  • _Style
  • _Beauty
  • _Gifts
  • _Deals
  • Video
  • _Big Business
  • _Food Wars
  • _So Expensive
  • _Still Standing
  • _Boot Camp
  • Home
  • News
  • Politik
  • Ekonomi
  • Artis
  • Trending
  • Tekno
  • Oto
  • Dunia
  • Gaya
  • Sehat
  • Bola
  • Olahraga
  • Foto
HEADLINE HARI INI
  • Beranda
  • Investasi
  • Konflik Agraria
  • Konservasi.
  • Kuningan
  • Lingkungan
  • MPK
  • Pemerintah Daerah
  • Petani Mandiri
  • PT KCSM
  • Sawit

Yudi Setiadi: Kalau Sawit Masih Berdiri, Apa yang Sebenarnya Dihentikan?

Oleh Redaksi
Juli 21, 2025


KUNINGAN, KASATU.ID - Pernyataan PT Kelapa Ciung Sukses Makmur (KCSM) yang mengklaim telah menghentikan operasionalnya dianggap omong kosong oleh Masyarakat Peduli Kuningan (MPK). Lewat pernyataan keras, Yudi Setiadi menilai pernyataan perusahaan itu normatif dan tak menyentuh akar persoalan tentang lahan yang rusak, sawit yang masih tertanam, dan nasib petani mandiri yang makin tak jelas.


“Surat penghentian operasional hanya selembar kertas. Di lapangan, sawit masih berdiri, dampak lingkungan tetap ada, dan petani masih terombang-ambing tanpa kepastian. Di mana bukti komitmen?” tegas Yudi dalam keterangannya, Senin (21/7/2025).


Yudi menyoroti nihilnya tindakan nyata dari PT KCSM pasca rapat di Gedung KIC yang difasilitasi oleh Pemkab Kuningan. Dalam rapat itu, perusahaan disebut-sebut menyetujui sejumlah komitmen, namun hingga kini implementasi di lapangan nol besar. Komitmen hanya jadi jargon, tanpa transparansi, tanpa bisa diawasi publik.


Lebih parahnya lagi, lanjut Yudi, petani mandiri yang sudah terlanjur menanam sawit ditinggalkan tanpa perlindungan. Tidak ada skema tanggung jawab, tidak ada kejelasan nasib, dan tak ada rasa tanggung jawab dari pihak perusahaan yang sebelumnya mendorong kemitraan.


“Jangan sampai masyarakat terus jadi korban kesepakatan yang timpang dan tidak transparan. Ini bukan investasi, tapi penjajahan atas tanah rakyat!” tegasnya.


MPK menyebut bahwa solusi tak bisa berhenti pada penarikan bibit atau pelarangan distribusi baru. Yang dibutuhkan adalah pemulihan ekologis menyeluruh, penyelesaian legalitas tanaman yang terlanjur ditanam, serta kejelasan nilai tukar atau ganti rugi bagi petani.


“Fakta bahwa sawit masih tertanam itu bukti bahwa perusahaan belum serius. Kalau memang ada niat baik, tunjukkan langkah pemulihan, jangan cuma kirim surat,” sindir Yudi.


Yudi juga mengkritik tajam lambannya respons dari dinas-dinas terkait. Ia menyebut ketidaktegasan birokrasi justru memberi ruang bagi perusahaan untuk terus mangkir dari tanggung jawabnya.


“Pemerintah jangan hanya duduk manis. Rakyat butuh perlindungan nyata, bukan pidato dan seremonial belaka. Jangan sampai pemerintah malah jadi kaki tangan perusahaan,” kecamnya.


Menurut Yudi, solusi menyeluruh dan lintas sektor mutlak dibutuhkan. Konflik sawit hanya satu dari sekian persoalan dalam tata kelola kawasan konservasi di Kuningan. Karena itu, penataan kawasan harus dilakukan secara menyeluruh dan partisipatif, melibatkan masyarakat lokal, akademisi, komunitas pecinta alam, dan DPRD.


“Kami tidak anti-investasi. Tapi investasi harus ramah lingkungan dan menjunjung keadilan sosial. Kuningan adalah daerah konservasi, bagian dari catchment area penting. Ini bukan tanah kosong yang bisa digarap sesuka hati,” tandas Yudi.


Di akhir pernyataannya, Yudi menekankan bahwa MPK bersama elemen masyarakat sipil mendesak dibentuknya forum kebijakan terpadu yang transparan dan akuntabel, untuk memastikan seluruh upaya penyelesaian dilakukan berdasarkan bukti, analisis hukum, dan prinsip keberlanjutan.


“Ini bukan lagi soal sawit. Ini soal arah masa depan Kuningan. Apakah kita biarkan rusak karena investasi serampangan, atau kita selamatkan bersama untuk generasi selanjutnya." pungkas Yudi.


.RED

Tags:
  • Investasi
  • Konflik Agraria
  • Konservasi.
  • Kuningan
  • Lingkungan
  • MPK
  • Pemerintah Daerah
  • Petani Mandiri
  • PT KCSM
  • Sawit
Bagikan:
Baca juga
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
Berita terkait
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
Berita terbaru
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
Tampilkan lebih banyak
Posting Komentar
Batal
Most popular
  • Korupsi di UPK Cibingbin Terbongkar, Nama Anggota DPRD dan ASN Ikut Disebut

    Juni 13, 2025
    Korupsi di UPK Cibingbin Terbongkar, Nama Anggota DPRD dan ASN Ikut Disebut
  • 9 Tokoh Kelahiran Kuningan yang Nama-nya Sudah Tidak Asing Lagi di Kancah Nasional

    April 26, 2025
    9 Tokoh Kelahiran Kuningan yang Nama-nya Sudah Tidak Asing Lagi di Kancah Nasional
  • Ribuan Rumah Subsidi di Kuningan Diduga Bermasalah, Rakyat dan Negara Dirugikan

    Mei 05, 2025
    Ribuan Rumah Subsidi di Kuningan Diduga Bermasalah, Rakyat dan Negara Dirugikan
  • Misteri Jalan Ciharendong: Kisah Mistis dan Kejadian Aneh yang Menghantui Pengendara

    April 27, 2025
    Misteri Jalan Ciharendong: Kisah Mistis dan Kejadian Aneh yang Menghantui Pengendara
  • Dana Desa Dialihkan Tanpa Musyawarah, Kepala Desa Diduga Langgar Aturan

    Mei 28, 2025
    Dana Desa Dialihkan Tanpa Musyawarah, Kepala Desa Diduga Langgar Aturan
Gila Temax
REDAKSI
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Kode Etik
  • Kebijakan Privasi
Copyright © 2025 KASATU.ID from PT. SADAYA MEDIA UTAMA. All rights reserved.